Pages

Thursday, September 2, 2010

Jurnal Pertamaku di F.Psi UI

Ketika Semester pertama saya mendapatkan mata kuliah Logika Penulisan Ilmiah yang ketika pertama kali kuliah, saya langsung merasa mata kuliah ini super abstrak! Karena tugasnya adalah membuat jurnal harian, yang bentuknya seperti apa saya belum tahu. Dan inilah jurnal harian pertama saya:
Ilmu” Gila” Menarik Perhatian Saya
Saat kecil, saya memiliki cita-cita standar anak-anak, menjadi seorang dokter . Tidak pernah terpikir dibenak saya saat itu untuk memilih profesi lain dan menjadikannya cita-cita saya. Dibenak saya saat itu dokter adalah satu-satunya profesi yang dapat membantu orang lain yang kesusahan.
Selama saya SD hingga SMU saya masih ingin sekali menjadi seorang dokter. Bukan karena seorang dokter menjanjikan status yang keren, namun lebih kepada salah satu pengalaman saya.

21 Juni 2001, ayah saya dipanggil Tuhan. Saat itu usia saya baru 9 tahun, dan duduk di bangku kelas tiga Sekolah Dasar Muhammadiyah Gunungpring, Muntilan. Ayah saya telah tiga tahun sakit gagal ginjal dan sudah selama itu juga melakukan cuci darah. Pengalaman mengikuti proses ayah saya melakukan hemodialisis ini yang menguatkan keingininan saya menjadi dokter.
Ayah saya meninggalkan tanggung jawab yang cukup berat dipundak ibu saya saat itu. Yakni berupa karyawan, perusahaan, dan juga beberapa beban perbankan. Ibu saya yang merupakan seorang psikolog, mau tidak mau harus mengambil alih semua peninggalan ayah saya. Dengan menerapkan konsep-konsep psikologis dalam menjalankan usahanya, Ibu saya cukup berhasil dalam mengatur dan memimpin perusahaan sampai akhirnya ditunjuk Menteri Perindustrian sebagai konseptor SNI Mainan Anak dan disebut sebagai Pakar mainan anak Indonesia, semua itu karena ibu saya memahami konsep perkembangan yang diperoleh di fakultas psikologi.
Ibu saya selalu menanamkan konsep-konsep psikologis yakni keseimbangan antara kognitif, afektif, dan psikomotor (Teori Taksonomi Bloom) dalam mendidik saya. Walaupun begitu, ibu saya tidak pernah memaksakan akan jadi apa saya nantinya. Ibu saya selalu memberikan kebebasan bagi saya untuk memilih.
Suatu saat saya tersadar akan posisi saya, dan dimana seharusnya saya berada, ketika perusahaan Ibu saya melakukan pengembangan dari manufactur yang bergerak dakam bidang mainan anak dan alat peraga pendidikan ditambah divisi pelatihan, percetakan, dan rumah desain . Dimana semua kegiatan tersebut membutuhkan seorang psikolog . Jika bukan saya yang melajutkan, lalu siapa? Ibu saya hanya memiliki seorang putri yakni saya sendiri. Setega itukah saya? Tidak menghargai apa yang sudah almarhum ayah saya bangun, dan sudah dipertahankan dan diperjuangkan oleh ibu saya selama ini.
Pertimbangan akan sumbangsih apa yang bisa saya berikan kepada masyarakat luas juga menjadi salah satu pertimbangan saya. Saya bukannya sama sekali mengesampingkan cita-cita masa kecil saya, yakni menjadi seorang dokter tapi saya akan lebih bermanfaat menjadi psikolog, saya yakin. Disini saya dapat memberi kesempatan kerja orang banyak dengan harapan meningkatkan taraf kesejahteraan mereka, saya dapat memberikan mainan untuk anak Indonesia yang sesuai standard keamanannya . sekaligus membantu masyarakat luas dalam “menyehatkan” pola pikir, perilaku, dan mental masyarakat dengan menyenangkan.
Selain itu, Saya tertarik mempelajari ilmu psikologi karena saya ingin dapat mengetahui karakter dari masing-masing individu. Dan saya yakin ilmu tersebut dapat membantu saya menjalankan perusahaan saya nantinya. Namun, jika ditawari untuk mengambil peminatan apa nantinya. Saya tidak memilih untuk masuk PIO. Saya lebih cenderung memilih Psikologi Perkembangan atau Klinis.
Saya memilih Perkembangan karena saya sangat suka anak-anak. Salah satu alasannya karena saya anak tunggal. Saya sangat ingin memiliki adik, dan saya sangat merindukan berada ditengah anak-anak dan berinteraksi dengan mereka.
Tak kenal maka tak sayang. Rasanya kalimat tersebut memang benar adanya. Setelah saya semakin dalam mempelajari ilmu psikologi, saya semakin mencitai ilmu jiwa ini. Banyak hal-hal menarik yang dapat saya pelajari. Saya ingin sekali lebih memperdalam ilmu psikologi dibidang play therapy. Karena ilmu tersebut sangat menarik, karena kita dapat mengetahui lebih dalam tentang anak-anak, hanya dengan bermain.
Saya juga merasa psikologi adalah jalan hidup bagi saya. Takdir yang sudah Allah gariskan untuk saya. Karena selama saya mengikuti tes-tes universitas, saya selalu diterima di Fakultas Psikologi. Bukannya Fakultas Kedokteran seperti pilihan pertama saya.
Walaupun pada awalnya saya tidak memprioritaskan Fakultas Psikologi, namun saat ini, saya sangat bersyukur dapat diterima disini. Saya sangat mencintai Ilmu ini, dan saya sangat mencintai UI.

*heyaaaaa masih kacau?? belum merupakan jurnal ilmiah?? hahahahahaha... emang.... ^^v

No comments:

Post a Comment