Pages

Tuesday, March 1, 2011

Jurnal Kesembilan

maap banget ya jurnalnya lompat2... hehehehehe....
this is the most favorite journal I've ever made...


Sebutkan Passwordnya

Saya adalah seorang anak tunggal. Lahir dan dibesarkan disebuah keluarga yang harmonis dan sangat menyayangi saya. Keluarga besar saya sangat menyayangi saya karena saya cantik, lucu, dan cerdas. Ketika saya berusia 3 tahun saya sering diberi pertanyaan-pertanyaan, diminta membacakan salah satu surah pendek, menyanyi, menari, atau berdeklamasi. Semuanya saya bisa lakukan dengan baik dan selalu mendapatkan pujian.

Sejak kecil saya terlalu dimanjakan. Apapun yang saya minta selalu dikabulkan. Sehingga saya menjadi anak yang manja dan sering melakukan apapun sesuai keinginan saya. Saya sering sewenang-wenang dan sesuka saya melakukan apapun. Hingga banyak pembantu yang tidak betah dirumah. Alasannya karena saya nakal. Saya sering membuat ruang bermain saya berantakan hingga menceburkan diri ke bak mandi setelah berkubang dilumpur. Saya sangat nakal.
Ibu saya mengusahakan berbagai cara untuk membuat saya ‘bertaubat’ namun gagal karena saya selalu dibela kakek nenek saya. Hingga saya benar-benar merasa berkuasa. Apapun yang saya inginkan pasti terkabul. Sim salabim.
Saya memang suka bermain. Senang melakukan game-game yang ibu saya ciptakan untuk menstimulasi kecerdasan saya. Dan hal ini dimanfaatkan oleh ibu saya untuk membuat game baru yang ketika itu disebut: Sebutkan Passwordnya. Sebenarnya bukan benar-benar permainan, hanya sebuah cara untuk mengubah anak nakalnya ini jadi lebih baik.
Game ini adalah sebuah game reward and punishment dengan menyampaikan beberapa password. Hanya ada tiga password dalam permainan ini, “maaf”, “tolong” dan “terima kasih”. Sangat mudah bukan? Itulah yang ada dipikiran saya ketika saya menerima permainan ini. Dan ketika saya bertanya kapan berakhirnya, ibu saya hanya tersenyum. Lalu dimulailah permainan ini.
Awalnya ibu saya memberikan contoh bagaimana dengan ikhlas menyebutkan passwordnya, menerapkan gaya pengasuhan induksi. Dengan meminta tolong kepada pembantu saya untuk melakukan sesuatu. Kata ibu saya, jika saya menyebutkan password pertama yakni “maaf” ketika saya melakukan salah saya akan dapat hadiah tidak dimarahi. Jika saya menyebutkan password kedua yakni “tolong” keinginan saya akan terkabul. Dan ketika saya mengucapkan “terima kasih” keinginan saya akan diberikan. Ibu saya mencontohkannya dengan baik. Ditambah satu lagi syarat dalam permainan ini, ucapkan tolong dan terima kasih dengan senyum, dan sampaikan maaf dengan setulus hati.
Saya yang belum terbiasa menyampaikan password-password tersebut merasa aneh, hingga setiap saat ibu saya mengingatkan “Sebutkan passwordnya!” dan baru saya lakukan. Suatu hari saya meminta boneka dari sepupu yang usianya berdekatan dengan saya. Ketika itu usia saya empat tahun dan dia dua tahun. Waktu itu kami bermain bersama seperti biasa, kami bermain dokter-dokteran. Akhirnya sepupu saya mengeluarkan boneka kesayangannya yang sudah lama saya sukai. Saya pun merebutnya, dia yang tidak terima berusaha mengambilnya kembali, lalu akhirnya kami berebut, saling jambak rambut, dan kami menangis. Ibu saya mendekat dan berkata, “Sebutkan Passwordnya!” Seketika itu juga saya berkata “Adek, kakak minta maaf. Tapi kakak minta tolong mau pinjem bonekanya sebentar aja.” Lalu sepupu saya memberikannya pada saya dan saya berkata, “Terima kasih.” Kamipun akur lagi dan bermain bersama.
Sejak saat itu saya sadar jika password itu memang ajaib. Apapun yang saya inginkan dapat terkabul tanpa harus lelah memaksa atau menangis hingga suara habis. Cukup ucapkan tolong dan sampaikan terima kasih. Dan jika melakukan kesalahan cukup sampaikan maaf dan semua dimaafkan. Walaupun maaf tanpa alasan saat ini tidak diterima, dulu ketika saya kecil saya selalu dimaafkan untuk kesalahan apapun.
Satu hal utama yang saya selalu pegang dalam hidup saya hingga detik ini hingga nanti saya meninggal. Mengucapkan tolong untuk meminta sesuatu bukan hal yang sulit dilakukan. Untuk apa kita repot-repot memaksakan sesuatu atau dengan arogannya menyuruh seseorang melakukan sesuatu untuk kita. Cukup dengan kata tolong, dan semua bisa terwujud. Bukan hal yang sulit bukan? Dan bukan berarti dengan mengucapkan kata tolong berarti diri kita rendah. Dengan mengucapkan tolong berarti kita menghargai orang lain, menghormati mereka.
Mengucapkan kata terima kasih membuat kita terlihat lebih beradab. Kita adalah manusia yang tahu berterima kasih. Ini juga menandakan kita menghargai apa yang orang telah perbuat untuk kita. Sekecil apapun itu, berterima kasihlah. Berterimakasihlah ketika kita telah dengan selamat diantar sampai rumah oleh sopir angkot. Berterimakasihlah ketika pembantu kita merapikan kamar kita tanpa mengeluh. Berterimakasihlah untuk setiap kasih sayang yang orang tua kita berikan kepada kita walaupun itu sudah jadi kewajiban mereka. Dan berterimakasihlah kepada Tuhan yang telah memberi kita hidup.
Password terakhir adalah “maaf”. Ini password tersulit dan terberat. Tak semudah membalikkan telapak tangan dalam mengucapkannya. Dibutuhkan kesadaran telah melakukan kesalahan dan keberanian mengakuinya. Kata maaf jadi tidak berarti jika kita tidak ikhlas dan tidak berjanji tidak akan akan mengulanginya.
Hingga saat ini saya selalu meminta tolong kepada siapapun jika saya ingin mendapatkan sesuatu atau meminta mereka melakukan seseuatu untuk saya, bukan menyuruh. Bahkan kepada supir taksi, hingga teman-teman saya heran ketika saya mengucapkan, “Pak, minta tolong antar saya ke Duren Sawit ya pak.” Bukan hanya itu bahkan salah seorang teman saya mengatakan saya aneh ketika saya mengucapkan “Mas, nanti tolong di antar ke meja saya ya, terima kasih.” Namun banyak dari teman-teman saya ketika SMP hingga SMA meniru gaya saya mengucapkan terima kasih ketika turun dari kendaraan umum atau mendapat uang kembalian. Dan banyak teman-teman saya yang senang ketika saya dapat dengan mudah menyadari kesalahan saya dan segera meminta maaf. Menurut mereka itu hal yang gentle.
Tiga kata password akan selalu saya ingat. Bukan hanya sekedar saya ingat kata-katanya saja. Tapi juga makna dan penerapannya. Apa yang ibu saya ajarkan tidak akan saya lupakan. Dan suatu saat nanti saya akan mengajarkannya kepada anak-anak saya, hingga anak-anak saya akan mengajarkannya pada cucu-cucu saya, dan seterusnya. Saya juga akan menyebarkan ilmu yang saya dapat kepada oran-orang terdekat saya, teman, sahabat, kelauarga, dan nantinya dua akan benar-benar paham jika password ini penting.

No comments:

Post a Comment